Jejak Belitung Dalam Sejarah
Ketika berbicara mengenai wisata, tentu tidak melulu harus membahas Destinasi, Akomodasi, Tiket, dan hal hal berbau umum lainnya. Tak sedikit wisatawan yang juga ingin tahu mengenai sejarah kawasan wisata tersebut, dalam hal ini Belitung. Dibalik pesonanya yang memikat, Pulau Belitung memiliki sejarah yang kaya dan menarik yang mencerminkan perjalanan panjangnya dari zaman prasejarah hingga ke hadapan modern.
Pada kesempatan kali ini, kami juga ingin berbagi info kepada pada wisatawan yang ingin mengenal Pulau Belitung dari sisi sejarahnya.
Sejarah Pulau Belitung
Prasejarah: Jejak Awal Manusia di Pulau Belitung
Sejarah Pulau Belitung dimulai pada zaman prasejarah, ketika pulau ini pertama kali dihuni oleh manusia. Bukti-bukti arkeologi menunjukkan keberadaan manusia di pulau ini sejak ribuan tahun yang lalu. Beberapa penemuan arkeologi termasuk kapak batu, situs batu-batu penggilingan, dan artefak prasejarah lainnya yang ditemukan di berbagai lokasi di pulau ini. Ini adalah jejak pertama dari perjalanan panjang Pulau Belitung menuju peradaban modern.
Apabila kita tarik mundur lagi ke belakang, Belitung bahkan memiliki situs Geosite UNESCO bernama Tebat Rasau, yang merupakan Rawa Rawa Purba, dan SUDAH ADA SEJAK ZAMAN SUNDALAND !!!
Bagi yang belum tahu, Sundaland adalah Benua Purba ketika Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi masih tersambung oleh daratan, dan terkoneksi pula ke Malaysia hingga Asia tengah, ketika Zaman Es. Jika kita melihat lokasi geografis Pulau Belitung, maka bisa dibayangkan bagaimana strategis Pulau Belitung sebagai penyebaran Manusia Purba dan Fauna sejak dulu kala.
Belitung Zaman Kerajaan
Belitung merupakan kepulauan yang mengalami beberapa pemerintahan raja-raja. Pada akhir abad ke-7, Belitung tercatat sebagai wilayah Kerajaan Sriwijaya, kemudian ketika Kerajaan Majapahit mulai berjaya pada tahun 1365, pulau ini menjadi salah satu benteng pertahanan laut kerajaan tersebut. Baru pada abad ke-15, Belitung mendapat hak-hak pemerintahannya. Tetapi itupun tidak lama, karena ketika Palembang yang sebelumnya menjadi pusat pemerintahan kerajaaan Sriwijaya, segera menaklukan kembali pulau ini melalui perintah oleh Cakradiningrat II.
Tak Melulu dikuasai kerajaan sekitar, Belitung juga dicatat memiliki kerajaan sendiri yang berpusat di Belitung.
- Kerajaan Badau dengan Datuk Mayang Geresik sebagai raja pertama.
- Kerajaan Balok. Raja pertamanya berasal dari keturunan bangsawaan Jawa dari Kerajaan Mataram Islam bernama Kiai Agus Masud atau Kiai Agus Gedeh Ja’kub, yang bergelar Depati Cakraningrat I dan memerintah dari tahun 1618-1661.
- Kerajaan Belantu. Rajanya yang pertama adalah Datuk Ahmad (1705-1741), yang bergelar Datuk Mempawah.
- Kerajaan Buding, yang merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Balok. Rajanya bernama Datuk Kemiring Wali Raib.
Dari keempat kerajaan yang telah disebutkan diatas, Kerajaan Balok merupakan kerajaan terbesar yang pernah ada di Pulau Belitung hingga dikemudian hari Kerajaan tersebut dibubarkan oleh pemerintahan kolonial Belanda.
Pembentukan Budaya Melayu
Seiring berjalannya waktu, Pulau Belitung menjadi bagian dari kerajaan-kerajaan Melayu yang berkuasa di wilayah Sumatera dan sekitarnya. Maka tak heran apabila dari sisi budaya, Belitung memiliki kedekatan dengan kebudayaan Melayu. Hal ini dikarenakan Belitung juga memiliki hubungan dagang dengan kerajaan di sekitar. Tak lepas pula seiring dengan lokasi geografis Pulau Belitung berada di tengah tengah kerajaan besar lain yang mengendalikan perdagangan di Selat Malaka dan menganut kebudayaan Melayu.
Namun, alasan kuat mengapa Belitung menganut kebudayaan Melayu adalah karena pengaruh Kerajaan Melayu Islam yang pernah berdiri di provinsi Riau, yaitu Kesultanan Siak Sri Inderapura yang didirikan oleh bangsawan asal Johor bernama Sultan Abdul Jalil, setelah sebelumnya kalah dalam dalam perbutan takhta. Dalam perkembangannya, Kesultanan Siak muncul sebagai sebuah kerajaan bahari yang kuat[1] dan menjadi kekuatan yang diperhitungkan di pesisir timur Sumatra dan Semenanjung Malaya di tengah tekanan imperialisme Eropa.
Di kemudian hari, keturunan Sultan Abdul Jalil yang bernama Raja Ismail juga kalah dari perbutan takhta karena tidak disukai Belanda, muncul sebagai Raja Laut, menguasai perairan timur Sumatra sampai ke Laut Tiongkok Selatan, dan membangun kekuatan di gugusan Pulau Tujuh. Sekitar tahun 1767, Raja Ismail telah menjadi duplikasi dari Sultan Abdul Jalil. Didukung oleh Orang Laut, ia terus menunjukan dominasinya di kawasan perairan timur Sumatra, dengan mulai mengontrol perdagangan timah di Pulau Bangka, kemudian menaklukan Mempawah di Kalimantan Barat.
Pada hari ini, Bahasa Lokal Belitung sendiri memang masih begitu dekat dengan bahasa daerah Bangka dan Palembang. Tapi yang lebih mengejutkan lagi, Bahasa Daerah Belitung sangat mirip dengan Bahasa Malaysia, Bahasa Daerah Riau, hingga Bahasa Pontianak yang berada di Pulau Kalimantan bagian Barat.
Masa Penjajahan Belanda
Berdasarkan Perjanjian Tuntang pada tanggal 18 September 1811, Pulau Belitung masuk dalam wilayah kekuasaan Inggris. Residen Inggris di Bangka, mengangkat seorang raja siak untuk memerintah Belitung karena di pulau kecil ini sering terjadi perlawanan rakyat yang dipimpin oleh tetua adat. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Komisaris Jenderal Kerajaan Inggris tanggal 17 April 1817, Inggris menyerahkan Belitung kepada Kerajaan Belanda. Selanjutnya atas nama Baginda Ratu Belanda, ditunjuk seorang Asisten Residen untuk menjalankan pemerintahan di Pulau Belitung.
Penjajahan Belanda di Pulau Belitung, seperti di banyak tempat lainnya di Indonesia, dipandang sebagai masa yang penuh dengan tantangan dan penderitaan bagi penduduk asli pulau ini. Salah satu aspek paling terkenal dari masa penjajahan ini adalah eksploitasi sumber daya alam, khususnya pertambangan timah.
Pulau Belitung menjadi salah satu pusat utama pertambangan timah selama masa penjajahan Belanda. Timah, yang sangat berharga saat itu, diekspor ke berbagai negara, yang menghasilkan kekayaan bagi Belanda. Bagaimanapun, dampak lingkungan dan sosial dari pertambangan ini sangat besar. Hutan-hutan ditebang, sungai-sungai tercemar, dan masyarakat setempat sering kali menghadapi kondisi kerja yang keras dan tidak aman.
Penting untuk diingat bahwa masa penjajahan Belanda juga menciptakan banyak jejak budaya di Pulau Belitung. Jejak ini dapat ditemukan dalam arsitektur bangunan-bangunan tua, bahasa yang dipengaruhi oleh Belanda, dan aspek-aspek budaya lainnya yang masih ada hingga hari ini.
Belitung Pada Masa Pendudukan Jepang
Tentara Jepang menduduki Pulau Belitung pada bulan April 1944, pemerintahan dikedua distrik dikepalai oleh Guncho. Pada awal tahun 1945, Jepang membentuk Badan Kebaktian Rakyat di Belitung yang bertugas membantu pemerintahan. Masa pendudukan Jepang tidak lama, selanjutnya terjadi perubahan kembali ketika tentara Belanda kembali menguasai Belitung pada tahun 1946. Pada masa pemerintahan Belanda ini, Onder-afdeling Belitung kembali diperintah oleh Asisten Residen Bangsa Belanda, sedangkan penguasaan distrik tetap dipegang oleh seorang Demang.
Zaman Kemerdekaan Indonesia
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, pulau ini menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS).
Tahun 1950 Belitung dipisahkan dari RIS dan digabungkan dalam Republik Indonesia. Pulau Belitung menjadi sebuah kabupaten yang termasuk dalam Provinsi Sumatra Selatan di bawah kekuasaan militer, karena pada waktu itu Sumatra Selatan merupakan Daerah Militer Istimewa. Sesudah berakhirnya pemerintahan militer, Belitung kembali menjadi kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati.
Tambang timah di Belitung menjadi salah satu sumber pendapatan penting bagi negara yang baru merdeka ini. Namun, selama beberapa dekade berikutnya, pulau ini mengalami fluktuasi ekonomi yang signifikan terkait dengan perubahan harga timah di pasar internasional.
Belitung Saat Ini
Pada tanggal 21 November 2000, berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000, Pulau Belitung bersama dengan Pulau Bangka memekarkan diri dari Provisi Sumatra Selatan dan membentuk satu provinsi baru dengan nama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Provinsi Bangka Belitung merupakan provinsi ke-31 di Indonesia. Pada saat ini, Sumber utama perndapatan masyarakat Belitung adalah Perkebunan Sawit dan Timah. Barulah ketika boomingnya Novel maupun Film Laskar Pelangi, Belitung perlahan menjadi salah satu destinasi wisata yang sering dituju oleh wisatawan. Bahkan per tahun 2023 ini, kegiatan Wisata Belitung menjadi salah satu sumber pendapatan bagi banyak masyarakat Belitung dan UMKM. Ditambah pula seiring masuknya investasi Hotel dan Resort di Belitung yang ikut menyerap SDM lokal.
Penutup
Sejarah Pulau Belitung adalah cerminan dari perjalanan panjangnya dari zaman prasejarah hingga masa modern. Dari masa penjajahan Belanda hingga kemerdekaan Indonesia, dan dari pertambangan timah hingga pesona alam yang memikat, pulau ini telah melewati banyak perubahan. Hari ini, Pulau Belitung adalah salah satu destinasi wisata yang paling menarik di Indonesia, menggabungkan keindahan alam, sejarah, dan budaya yang unik. Melalui pemahaman tentang sejarahnya yang kaya, kita dapat lebih menghargai pesona dan kekayaan Pulau Belitung sebagaimana yang ada saat ini.
Tak Lupa juga buat Anda yang ingin mengunjungi Belitung, pastikan untuk Memesan Paket Tour Belitung dari Adaya Belitung Tour yang sudah terpecaya ya.